Pameran Produksi Indonesia 2015, Rahasia Unjuk Gigi Produk Karya Indonesia


Menperin Salih Husin berpose bersama setelah membuka PPI 2015. (dok pribadi)
Menperin Salih Husin berpose bersama setelah membuka PPI 2015. (dok pribadi)

Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2015 secara resmi telah dibuka oleh Menteri Perindustrian RI, Salih Husin, Kamis (6/8) yang lalu. Kali ini PPI 2015 mengangkat tema “Bangga Menggunakan Produk Indonesia“.Menempati areal seluas 4.441 meter persegi di Grand City Convention and Exhibition Hall Surabaya. Penataan yang cukup rapi dan apik yang diisi 159 booth/stand. Sementara 214 meter persegi digunakan untuk area tematik yang berisi produk unggulan berbasis teknologi, inovasi dan kreativitas.

PPI 2015 ini memiliki nilai strategis seiring dengan peluncuran Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. Mengusung visi: “Menjadi Negara Industri Tangguh”, Kemenperin menargetkan pertumbuhan sektor indutri non-migas sebesar 10,5% pada tahun 2035. Diharapkan 2035 nanti, sektor industri non migas mampu menyumbang 30% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Salah satu sudut booth display produk unggulan. (dok pribadi)
Salah satu sudut booth display produk unggulan. (dok pribadi)
Penataan zona yg apik berdasarkan kelompok industri. (dok pribadi)
Penataan zona yg apik berdasarkan kelompok industri. (dok pribadi)

Selain dorongan di atas, pemerintah akan berupaya untuk memperkuat industri dalam negeri. Industri dengan kandungan lokal tinggi akan menjadi skala prioritas. Secara berkala, hasil karya industri tersebut akan diekspos. Hal itu adalah sebagai salah satu wujud penghargaan bagi pelaku industri yang menggunakan bahan baku lokal. Salah satu media adalah melalui PPI 2015 ini. Produk-produk yang berkualitas dan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi akan terus didorong agar lebih mampu untuk eksis.

Keseriusan para netizen journalist (Kompasianer/blogger) menyimak sebuah endorse. (dok pribadi)
Keseriusan para netizen journalist (Kompasianer/blogger) menyimak sebuah endorse. (dok pribadi)

Nah, PPI 2015 yang dibuka gratis untuk umum ini seolah menjadi media ‘sambung rasa’ bagi pelaku usaha dengan (calon) konsumennya. Melalui ekspos media massa (mainstream) maupun lewat para pewarta masyarakat (Kompasianer/blogger/netizen), masyarakat semakin teredukasi dalam menentukan produk yang diinginkan. Keterlibatan pewarta masyarakat untuk pertama kali di PPI 2015 cukup dirasakan dampaknya. Ramainya media sosial yang membahas topik PPI 2015 membuat masyarakat ingin tahu. Bagaimana sebenarnya ‘penampakkan’ produk-produk unggulan karya anak bangsa. Hingga sampai malam ini, pengunjung yang datang pun sampai melampaui ekpektasi. Meski jam pamer dibuka hanya pada pukul 10.00 – 20.00 Wib (Kamis-Jumat) dan 10.00 – 21.00 (Sabtu-Minggu).

Produk-produk yang dipamerkan sangat bervariatif, dimana 35% berasal dari Jawa Timur. Sementara 65% sisanya berasal dari Jabar, Jateng, Yogyakarta, Bali, DKI Jakarta, Banten, dll. Terbagi dalam zona berdasarkan kelompok industri yang meliputi: kerajinan dan perhiasan; furniture (rotan, kayu, dan bambu); tas, kulit, dan alas kaki; garmen, tekstil, dan tenun; makanan dan minuman; kosmetik dan herbal; industri aneka; alat rumah tangga dan bangunan; alat transportasi dan pendukung; elektronika dan telematika; alat pertanian, kesehatan, dan permesinan; hasil Litbang Unggulan dari Balai Besar dan Baristand; serta unit pendidikan Kementerian Perindutrian yang berada di Jawa Timur dan sekitarnya.

Diantara ratusan produk unggulan tersebut, ada beberapa yang cukup menarik perhatian saya. Bukan berarti produk yang lain tidak menarik lho. Tapi 3 produk dengan teknologi tinggi tersebut mewakili 3 tingkatan penerapan teknologi, yaitu: start-up, middle, dan teknologi tinggi yang kompleks. 3 diantara produk maupun stan pamer tersebut, akan saya kupas secara singkat sebagaimana di bawah ini.

.

Banat Electric Trike

Booth Banat Electric Trike karya anak Madrasah Aliyah. (dok pribadi)
Booth Banat Electric Trike karya anak Madrasah Aliyah. (dok pribadi)

Sebuah stan pamer yang isi di dalamnya cukup unik adalah stan nomor 101. Tertulis: BANAT ELECTRIC TRIKE. Yups, sebuah kendaraan yang tak begitu jelas bentuknya, itulah yang menjadi andalan. Dikatakan sepeda motor, bukan. Mobil, juga bukan. Becak, apalagi. Sempat menarik perhatian pengunjung PPI 2015, saat berkeliling arena sesaat setelah rombongan Menperin membuka seremonial PPI 2015.

R. Kharis Wasista, demikian nama sang penunggang kendaraan unik tersebut. Meski baru diperkenalkan pada 13 Juni 2015 yang lalu, ternyata prototipe kendaraan hemat energi tersebut sudah ‘laku dijual’. Bersama para siswa MA Roudlotul Banat, Pereng Taman Sidoarjo, Kharis bahu membahu untuk mewujudkan inovasi kendaraan listrik ala MA Banat. Demikian julukan pendek untuk almamaternya. Tak pelak, kendaraan yang merupakan produk ekskul otomotif di sekolah tersebut diberi nama “Banat Electric Trike”.

Inilah batere penggeraknya. (dok pribadi)
Inilah batere penggeraknya. (dok pribadi)

Meski bodi terlihat ‘kacau-balau’, tapi bahan untuk membuat rangka merupakan bahan pilihan. Bodi sepeda roda tiga tersebut dibuat dari bahan dasar bodi pesawat. Oleh karena itu, dengan 2 orang pengendara pun sanggup untuk melaju dengan kecepatan sd. 50 km/jam. Tenaga penggerak menggunakan baterai 4 cell berkekuatan 800 watt. Oleh perancangnya, kendaraan ini diklaim berbobot paling ringan di kelasnya. Kendaraan yang dikalkulasi telah menghabiskan sekitar 10 juta rupiah. Jumlah yang teramat kecil sebenarnya untuk penelitian sejenis. Namun keterbatasan biaya, tak harus membuat kreativitas menjadi mandek. Demikian seperti yang diungkapkannya.

Kendaraan ini akan terus disempurnakan. Seiring datangnya sebuah pesanan dari Ponorogo yang menghendaki kendaraan sejenis ini bisa digunakan untuk drake race. Pemesan meminta agar kendaraan listrik tersebut mampu melaju kencang sd. kecepatan 100 km/jam dalam waktu beberapa detik saja. Kharis pun dengan semangat menjelaskan secara teknis bahwa untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah hal yang sulit.

Tromol jenis ini yang masih rentan dg kerusakan sebab sistem kelistrikannya. (dok pribadi)
Tromol jenis ini yang masih rentan dg kerusakan sebab sistem kelistrikannya. (dok pribadi)

Saat ini masih terdapat satu kelemahan atau kendala yang dihadapi. Dimana saat pengereman, posisi gas harus netral. Sebab jika saat posisi pengereman gas masih masuk, maka tromol pun akan rusak. Begitu juga saat tromol terkena air. Inilah yang akan berusaha terus disempurnakan. Sehingga ada keinginan dari Kharis, sang guru pembimbing untuk bertemu Ricky Elson. Salah seorang putra bangsa dengan karya-karya motor listriknya telah dipatenkan di Jepang. Keinginan ini pun saya dukung untuk mewujudkan bertemu beliau di Ciheras. Yang saat ini telah menjadi markas anak muda yang penuh gairah kreativitas demi memajukan bangsanya.

.

PT. Louserindo Megah Permai (LMP)

Penampakan stand flyer Louser Lift di booth pamer PT. Louserindo. (dok pribadi)
Penampakan stand flyer Louser Lift di booth pamer PT. Louserindo. (dok pribadi)

Lift maupun eskalator, saya pikir bahwa produk tersebut merupakan produk impor sepenuhnya. Padahal hal tersebut sungguh tidak benar. Hal ini dibuktikan adanya sebuah perusahaan milik anak bangsa yang bergerak dalam produksi barang tersebut sejak 1987. 1987? Yups, di tahun tersebut Louserindo berdiri dimana produk pertamanya adalah berupa lift barang. Selanjutnya, di tahun 1991 mulai untuk membuat lift penumpang.

Penampakan Louser elevator. (dok perusahaan)
Penampakan Louser elevator full teknologi CNC. (dok perusahaan)

20 tahun kemudian, tepatnya di tahun 2011 menjadi momen bersejarah meningkatkan kemampuan produksi dengan memoderinasasi mesin produksi menggunakan teknologi penuh CNC (Computer Numerical Control). Perusahaan dengan Dirutnya Drs. Benyamin, BE. ini telah melayani ribuan perusahaan. Baik dalam penyediaan lift maupun elevator, perawatan maupun penggantian sebagian peralatan elevator lama (moderinisasi).

Total unit terpasang di tahun 2013 telah mencapai 2000 unit yang tersebar di seluruh Indonesia. Belum lagi ekspor yang telah dilakukan ke Singapura, Malaysia, dan Timor Leste. Dengan memanfaatkan kandukan lokal 54% saat ini, bertekad untuk bisa mencapai 80% sampai dengan 5 tahun ke depan. Tentu saja melihat catatan cantik perusahaan anak bangsa ini sungguh bukan sesuatu yang sulit untuk mencapainya.

Louser hospital lift 2 pintu. (dok perusahaan)
Louser hospital lift 2 pintu. (dok perusahaan)

Berbagai macam produk elevator (lift), eskalator, dumbwaiter, dan gondola yang telah dihasilkan. Sebagaimana saat saya menyampaikan rasa ketertarikan produk tersebut untuk lift pasien rumah sakit. Kebetulan, rumah sakit tempat saya bernaung sedang mencari referensi untuk pembuatan bed lift. Dengan cekatan, saya pun diberi perkiraan nilai uang yang harus dipersiapkan untuk unit, instalasi, dan pemeliharaannya. Angka yang cukup membuat saya terperangah. Sebab hampir separuh lebih murah nilainya dibandingkan sebuah merek lift impor yang pernah diajukan.

.

PT. Dirgantara Indonesia (PTDI)

Para siswa dari SMA 2 Surabaya cukup antusias untuk berdiskusi di stan PTDI. (dok pribadi)
Para siswa dari SMA 2 Surabaya cukup antusias untuk berdiskusi di stan PTDI. (dok pribadi)
Masyarakat umum pun tertarik untuk sejenak bernostalgia. (dok pribadi)
Masyarakat umum pun tertarik untuk sejenak bernostalgia. (dok pribadi)

Nah, untuk yang satu ini, siapa sih yang tak mengenal pesawat CN-235 (1983) yang sungguh fenomenal tersebut? Maka jamak, booth PTDI pun menjadi jujugan para siswa yang kepo dengan kisah heroik masa lalu tersebut. Film “Habibie dan Ainun” di tahun 2012, paling tidak telah membuka cakrawala pengetahuan anak-anak muda. Bahwa negeri ini pernah berjaya dengan teknologi kedirgantaraannya. Dimana produksi pesawat terbang kerjasama antara Cassa dan Nurtanio (PTDI sekarang) telah mengharumkan nama bangsa ini.

Pesawat N-250 Gatot Kaca yg tinggal cerita. (dok PTDI)
Pesawat N-250 Gatot Kaca yg tinggal cerita. (dok PTDI)

Puluhan ribu teknokrat kedirgantaraan mampu menunjukkan kepada dunia bahwa anak-anak Indonesia telah mampu memproduksi pesawat bertenologi tinggi. Sebab sebagai founder sekaligus BJ. Habibie telah menghasilkan ratusan karya yang telah dipatenkan yang berhubungan dengan ilmu kedirgantaraan. Maka pesawat CN-235 yang selanjutnya disusul pesawat N-250 (Gatot Kaca dan Krincing Wesi) menjadi keniscayaan untuk mewujudkan negeri ini sebagai produsen pesawat terbang.

Sayang, ‘badai’ Reformasi berimbas kepada porak-porandanya sistem yang telah tertata di PTDI. Pabrik tak berproduksi. Puluhan ribu tenaga ahli harus ter-PHK. Hingga ribuan juga diantara mereka akhirnya hengkang ke luar negeri. Sejarah kelam negeri yang seharusnya menjadi pelajaran bagi pemerintahan saat ini.

Prototipe pesawat N 219. (dok PTDI)
Prototipe pesawat N 219. (dok PTDI)

Syukurlah, seiring dengan perjalanan waktu, sedikit demi sedikit perusahaan ini mencoba bangkit kembali. Prototipe pesawat N219 pun saat ini sedang dipersiapkan. Pesawat bermesin ganda dengan 19 penumpang ini, prototipenya sedang dikerjakan oleh 100% putra terbaik bangsa. Diperkirakan akan dilakukan uji terbang perdana di akhir tahun ini. Selanjutnya sekitar 2 tahun berikutnya, pesawat akan segera memasuki serangkaian uji kelaikan terbang.

Meski masih dalam masa uji prototipe, namun kepercayaan terhadap PTDI sangat baik. Terbukti saat ini sudah ada 200 inden pesawat N219. Tentu kepercayaan ini semakin mendorong PTDI untuk berbuat yang terbaik. Sertifikat kelaikan terbang dari Kemenhub nantinya akan menjadi bukti, bahwa N219 memang sudah layak produksi.

Kita tetap berharap bahwa produk-produk unggulan berteknologi tinggi karya anak bangsa dapat ‘unjuk gigi’ di kancah internasional. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di akhir 2015 hendaknya ditangkap dari sisi positif. Maka upaya mendorong Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dapat menjadi kunci sukses. Diharapkan mampu meningkatkan daya saing dan produktivitas dalam negeri yang berimbas pada peningkatan perekonomian nasional.

S.e.m.o.g.a…

8 respons untuk ‘Pameran Produksi Indonesia 2015, Rahasia Unjuk Gigi Produk Karya Indonesia

Tinggalkan komentar