Pasien Penderita HIV/AIDS Terbantu dengan BPJS


Sebagai awam, ketika kita mengetahui bahwa penderita HIV berada di samping kita, pasti kita akan berpikir untuk segera menjauhinya. Sebuah tindakan spontanitas yang saya sendiri dulu juga berpikir seperti itu. Hal itu sebagai efek lemahnya edukasi terhadap masyarakat. ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) tak akan menularkan penyakitnya ‘hanya’ dengan sekedar duduk, bersalaman atau berpelukan.

Dr. Merry yang begitu antusias menjelaskan mekanisme pelayanan di Klinik Teratai. (dok. pribadi)
Dr. Merry yang begitu antusias menjelaskan mekanisme pelayanan di Klinik Teratai. (dok. pribadi)

“Salah. Tidak seharusnya kita berbuat seperti itu,” demikian dr. Merry memberi penjelasan.

Dr. Merry ini adalah salah seorang tim medis yang bekerja di bagian Klinik Teratai RS. Hasan Sadikin Bandung. Dengan sabar dan penuh perhatian, beliau jelaskan layanan apa saja yang dapat diperoleh di bagiannya. Ada binar optimisme di balik setiap kata-kata yang meluncur. Bahwa penderita HIV termasuk yang diikuti dengan penyakit lain, TB (Tubercolisis) termasuk di dalamnya, mulai ‘berani’ untuk menerima kenyataan. Hal ini tak lepas dari peran serta para konselor dan seluruh staf di Klinik Teratai. Begitu juga dukungan dari para voluntir berbagai LSM yang konsens terhadap penderita HIV/AIDS.

Dengan pasien yang mencapai ribuan, tak pelak, tiap hari tak kurang 60-80 pasien harus dilayani. Belum lagi jika menjelang liburan panjang, seluruh staf pelayanan pun harus bekerja dengan lebih keras. Tapi, semangat kerja dan motivasi untuk bekerja, seolah memberi ‘tenaga lebih’ untuk melayani pasien HIV/AIDS. Kisah yang membuat saya mengernyitkan dahi. Salut dan ikut mendoakan, agar para staf medis, paramedis, penunjang medis, administrasi serta relawan agar tetap diberi kesehatan olehNya.

“Jam pelayanan di tempat kita non stop. Kita buka sejak pukul delapan pagi, hingga mentok sampai pukul empat sore,” lebih lanjut dr. Merry menjelaskan.

“Yang jelas, kalau ditanya suka dan dukanya, pasti banyak. Tapi kita bisa melayani pasien dengan optimal akan menjadi kebahagiaan tersendiri.”

“Saya percaya, Dok,” begitu suara hati saya menimpali.

Dengan mata kepala sendiri, saya lihat para staf di klinik ini bekerja dengan cukup sigap. Dengan ruangan yang tak begitu luas, mereka harus bekerja all out untuk melayani pasien yang datang dari seluruh penjuru Jawa Barat.

#R4BIA2

“Oh ya, dengan adanya BPJS, saat ini pasien dengan HIV/AIDS sangat terbantu. Sebab semua biaya dapat tertutup dengan pembiayaan dari BPJS. Pelayanan pun akan menjadi lebih mudah. Pasien tak akan banyak terbebani. Sebab tak sedikit pasien yang harus mengeluarkan ongkos lebih jika berasal dari luar kota,” dr. Merry menutup dialog dengan memberi penekanan pada hal ini.

Benar, BPJS cukup memberikan manfaat bagi masyarakat. Maka sangat menyedihkan sekali jika kita tidak mendukung program yang sangat dirasakan manfaatnya oleh kaum yang tidak mampu. Tidak mampu secara ekonomi atau tidak mampu, karena ‘dimiskinkan’ oleh penyakitnya. Penjelasan dr. Merry seolah membuka mata kita, bahwa permasalahan ketakberdayaan psikologis menjadi musuh kita untuk mendukung Road Map Indonesia Hebat Indonesia Sehat.

#SelamatMalam #SmangatPagi

[Artikel ke-tiga Pekan Ke-sembilan #LBI2015 Tema Bebas.]

28 respons untuk ‘Pasien Penderita HIV/AIDS Terbantu dengan BPJS

  1. Tidak efektifnya pemeriksaan pra arv, test ims, tes tb, memakan waktu 1 minggu, seharusnya bisa lebih cepat, apalagi pasien nya sudah DO, seharusnya di bantu agar dia bisa mendapatkan lagi dan mengkonsumsi arv lebih cepat. Pelayanan di rshs sangat lambat.

Tinggalkan komentar