Hentikan Mengumbar Data di Media Sosial


IMG_20151101_114030
Kang Ono dg gaya khasnya menggiring opini peserta.

“Bolehkah seorang yang tidak Anda kenal, meminta kepada foto kopi KTP kepada Anda?” Demikian pertanyaan seorang pakar TI kepada ratusan peserta sebuah seminar.

“Tidaaak….!” Semua peserta pun menjawab dengan kompaknya.

“Boleh atau tidak?” Kembali beliau bertanya.

“Tidaaak….!” Jawaban yang lebih keras dan lebih kompak kembali terdengar.

Demikianlah dialog pembuka Ono W. Purbo, sang pakar IT tersebut di depan 800-an peserta Talk Show Menuju Masa Depan dengan Internet Sehat. Mengambil tema ‘Selamat Tinggal Internet Gelap’ begitu antusias diikuti oleh peserta yang didominasi pelajar dan guru.  Seminar diadakan oleh Jogja Internet Marketing (Joging) tersebut (1/11) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DIY dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) di Convention Hall Grage Hotel Jogjakarta.

Sedianya Sri Sultan Hamangkubawono X akan hadir sebagai salah seorang keynote speaker. Namun, kunjungan ke Belanda membuat beliau berhalangan. Beruntunglah, 2 orang pakar IT lainnya cukup memberikan gambaran yang gamblang kepada peserta. Valens Riyadi, praktisi IT dan salah seorang pencetus gerakan #InternetSehat dan Ono W. Purbo, nama yang sangat tidak asing lagi sebagai pakar IT.

Peserta yg didominasi siswa dan guru.
Peserta yg didominasi siswa dan guru.

Petikan dialog di atas adalah pembuka yang begitu ‘mak jleb’ bagi ratusan peserta. Hal yang selama ini tak kita sadari, bahwa dengan mengaplot ratusan bahkan ribuan gambar atau status sama dengan ‘menelanjangi’ diri kita sendiri lewat media sosial. Kasus-kasus pemanfaatan media sosial sebagai sarana penipuan tak lepas dari andil kita untuk membuka identitas kita sendiri. Semakin banyak informasi kita terpapar di medsos, semakin rentan pula kita untuk dibully dan ditipu. Termasuk kasus phising yang sering menimpa para celebs medsos.

Kasus pembuatan blog pribadi yang memanfaatkan foto-foto serta status di FB, Twitter, Path, atau medsos yang lain contohnya. Blog pribadi yang dibuat oleh lover (hatter/hacker?) tersebut dimanfaat oleh pembuatnya untuk perbuatan jahat. Jutaan bahkan sampai dengan ratusan juta uang yang bisa ‘dimanfaatkan’ oleh pembuat blog tersebut. Sementara artis atau selebs yang namanya dicatut, sama sekali tidak kenal dengan pembuat blog.

Hal itu begitu mudahnya dilakukan oleh sang penipu. Berjibun gambar/foto serta status sang seleb yang ‘dicatut’ namanya tersebut. Mungkin sang artis berpikir bahwa dengan banyaknya foto dan status menunjukkan betapa eksisnya dia. Namun tindakannya tersebut tanpa sadar, telah mengundang orang jahat untuk memanfaatkannya. Menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa kita harus lebih bijak untuk memanfaatkan media sosial tersebut sebagai media komunikasi.

Seorang guru sedang mengajukan pertanyaan.
Seorang guru sedang mengajukan pertanyaan.

Internet sehat, bukan berarti hanya pada ranah untuk menghindari konten porno. Lebih dari itu, internet sehat mengajarkan kepada kita untuk selalu memanfaatkan internet untuk aktivitas positif. Termasuk di dalamnya adalah memanfaatkannya untuk mengunggah hal-hal yang bersifat edukatif, positif, serta bermanfaat bagi orang lain. Setiap orang dapat melakukannya. Setiap orang juga dapat menyebarkan virus internet sehat tersebut kepada keluarga, teman dekat, teman kerja, atau masayarakat dalam lingkup yang lebih besar.

Nah, jika Anda setuju? Mari mulai saat ini kita bisa lebih bijak memanfaatkan media sosial.

10 respons untuk ‘Hentikan Mengumbar Data di Media Sosial

  1. wah ngeri juga ya mas… mungkin era internet ini bakal terus bergulir entah sampai kapan… yg pasti sampai energi listrik hilang mungkin…. entah kapan… moga saja banyak orang baik yg masih rela membentengi orang” yg lemah thanks mas sharingnya…

Tinggalkan komentar