Orientasi Siswa Baru: Antara Cerita Murid dan Cerita Guru


Hukuman yg bisa bikin ngakak. (koleksi pribadi)
Hukuman yg bisa bikin ngakak. (koleksi pribadi)

Bersamaan dengan hari pertama masuk sekolah Tahun Pelajaran 2015/2016, cerita tentang MOS pun kembali menghangat. Hasilnya, 99% penulis status, cuitan, instafoto atau apalah, menghujat acara tersebut. Tapi…ada tapinya lho. Sebagian yang menulis status itu adalah orang tua siswa atau para ‘pengamat’. Belum saya temukan status siswa baru yang ‘protes’ terhadap acara tersebut. Termasuk di status medsos para siswa sekolah tempat saya dan istri mengajar.

Ada apa gerangan dengan orientasi siswa baru?

Tentu untuk menjustifikasi kegiatan orientasi siswa baru tersebut tidak serta merta kita setuju atau tak setuju. Pun dengan apa yang dikhawatirkan dengan orang tua. ‘Perploncoan‘ seolah-olah menjadi satu hal yang begitu menyakitkan. Sehingga harus berteriak atau mengerang kesakitan. Belum lagi dengan adanya Permendikbud Nomor 55 Tahun 2014 tentang Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) Sekolah. Orientasi siswa baru yang pada umumnya disingkat dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Istilah lainpun banyak juga sih. Tergantung masing-masing kebijakan sekolah dalam hal penamaan. Kesemuanya itu tujuannya hampir sama. Yaitu bagaimana siswa baru dapat cepat beradaptasi dengan sekolah barunya.

Pada prinsipnya MOS adalah salah satu kegiatan yang cukup penting bagi siswa baru. Bahkan menurut saya yang pernah merasakan menjadi siswa sekolah (dasar dan lanjutan). Pun demikian saat saya berdiskusi dengan sahabat guru-guru saya. Termasuk istri saya tercinta. Sebab bagaimanapun, jenjang pendidikan baru akan memberikan pengalaman baru juga untuk anak. Memberikan kesan pertama yang baik, sehat dan mendidik akan menjadi salah satu motivasi bagi anak untuk lebih bersemangat dalam menuntut ilmu.

Menjadi permasalahan yang (dianggap) cukup serius oleh orang tua siswa adalah ketika anak menyentuh sisi privasi orang tua. Saya sampaikan beberapa contoh:

  1. Pada sekolah tertentu, siswa baru diharuskan mengumpulkan atribut yang dianggap cukup aneh. Semisal siswi SMP atau SMA diharuskan mengenakan kaus kaki sepak bola dengan warna khusus. Untuk kaki kanan, kaos kaki dengan warna kuning. Sementara untuk kaki kiri, kaos kaki dengan warna biru. Bayangkan saja jika siswa berada di satu kota kecil. Siswa baru di SMP atau SMA tersebut berjumlah ratusan. Artinya akan ratusan pasang kaos kaki sepak bola harus diperoleh dalam satu waktu. Selanjutnya…bisa dibayangkan bukan? Anak akan kesulitan mencari pedagang yang menjual kaos kaki sepak bola. Maka orang tua akhirnya harus ‘turun tangan’ untuk menyelesaikan masalah tersebut.
  2. Pada sekolah tertentu, siswa baru harus masuk pada jam yang tak lazim. Semisal pukul 05.30 Wib. sudah harus sampai di sekolah. Namanya angkutan kota pada saat itu mungkin belum banyak berlalu-lalang. Maka mau tidak mau, orang tua harus mengantarkan ke sekolah, meski sang anak sebenarnya sudah biasa mandiri.
  3. Pada sekolah tertentu, siswa baru harus diantar oleh wali atau orang tuanya. Padahal saat itu kedua orang tua anak tersebut sedang berada di luar kota untuk urusan tertentu.
  4. Pada sekolah tertentu, orang tua melihat ada sisi ‘tak manusiawi’ pada kegiatan MOS di sekolah. Sebagai contoh, orang tua melihat anaknya harus dihukum menyanyi di depan peserta upacara. Belum lagi jika ada hukuman yang bersifat fisik, semisal push up, scotjump, lari atau yang lain. Padahal di rumah sang anak tidak pernah diberi hukuman ‘sekeras’ itu oleh orang tuanya.

Masih banyak contoh lain mungkin yang akhirnya membuat orang tua terusik. Distorsi istilah perploncoan menjadi momok yang begitu menakutkan. Apalagi kasus-kasus tertentu (kekerasan fisik) yang sampai mengakibatkan jiwa melayang. Meski kasus tersebut menimpa (maha)siswa. Bukan pada siswa di level sekolah dasar atau menengah.

Di sinilah kita akhirnya harus lebih bijak. Pengalaman saya sendiri saat sekolah atau kuliah, merasakan cukup positif acara tersebut. Tentu saja dengan kegiatan diatur komposisi yang proporsional yaitu didaktif, informatif dan rekreatif. Akan dengan gembira bercerita kepada anak-anak (kami) tentang betapa malunya saya (ayahnya) saat dihukum menyanyi. Padahal saya saat itu (SMP) sangat tidak menyukai aktivitas menyanyi. Tapi justru peristiwa tersebut mengantarkan saya menjadi penyanyi keroncong sampai dapat mewakili sekolah dalam kegiatan Porseni.

Saat ini pun saya melihat. Betapa cemasnya para siswa baru saat terlambat masuk sekolah. Hukuman sudah siap menanti. Namun kecemasan itu akan berubah dengan senyum, ketika si anak yang dihukum itu pun dapat menikmati hukumannya. Tertawa bersama dengan sang kakak kelas yang menghukumnya. Ada rasa khawatir, keringat bercucuran, bicara yang terbata-bata, lalu…ditutup senyum ceria saat usai ‘tugas’ hukumannya.

Ternyata, mereka pun butuh pengalaman baru. Pengalaman agar anak bisa mentertawakan dirinya sendiri. Anak-anak itu butuh pengalaman baru yang menantang. Meski masih saja sebagian orang tua merasa berada dalam kecemasan. Sementara sang anak yang menjadi siswa baru, tetap cihuy dengan agenda MOS yang dia ikuti.

—Selamat pagi. Semangat Pagi.—

10 respons untuk ‘Orientasi Siswa Baru: Antara Cerita Murid dan Cerita Guru

  1. assalamu Alaikum wr wb-, Saya Ingin Berbagi cerita kepada Anda,
    Bahwa dulunya Saya hanya Seorang tenaga Honorer di Sekolah Dasar.
    Sudah 12 Tahun Saya Jadi Tenaga honorer Belum diangkat Jadi PNS,
    Bahkan Saya Sudah berkali2 mengikuti Ujian,
    Dan membayar 40jt namun hasilnya nol Uang pun tidak Kembali,
    bahkan Saya Sempat putus asa,Namun Teman Saya memberikan
    no tlp Bpk.Drs SUKARDI M.Si Selaku petinggi di BKN Pusat
    Yang di Kenalnya selaku kepala DIT Pengadaan CPNS.
    Saya pun coba menghubungi beliau Dan beliau menyuruh Saya mengirim
    Berkas Saya melalui Email, Alhamdulillah No Nip Dan SK Saya Akhirnya Keluar.
    Allhamdulillah tentunya sy pun Sangat Gembira sekali,
    Jadi apapun keadaan Anda skarang Jangan Pernah putus asa Dan Terus berusaha,
    kalau Sudah Waktunya tuhan pasti kasih jalan,Ini Adalah kisah Nyata Dari Saya
    Untuk hasil ini Saya ucapkan terimakasih kepada.1. ALLAH SWT;
    Karena KepadaNya kita meminta Dan memohon. 2. Terimakasih untuk khususnya
    Bpk. Drs SUKARDI M.Si Di BKN PUSAT, Dan Dialah Yang membantu Kelulusan saya,
    Alhamdulillah SK Saya Tahun ini Bisa keluar. Teman Teman yg ingin seperti Saya
    silahkan Anda Hubungi Direktorat Pengadaan CPNS,Drs SUKARDI
    No Tlp; 0853 3905 2666 , Siapa tau beliau Masih mau membantu

  2. MOS itu kadang2 bikin deg2an kalau barang y disuruh bawa nggak ketemu, siap2 jadi tontonan seangkatan, hehe… MOS menyenangkan asal kakak angkatan ga main kekerasan fisik, itu y berabe.

Tinggalkan komentar