Ngopi Pleg, Pleg Ngopi


Capture - Kompasiana Khanifah

Hiiihhh….

Ungkapan sedih, marah, gemes campur aduk jadi satu. Mungkin seperti itu lah perasaan seorang emak blogger. Ketika tulisannya dikopi paste mentah-mentah oleh blogger lain. Apalagi jika blogger kopier tersebut sudah pernah diperingatkan dalam kasus yang sama. Belum lagi sudah sama-sama saling kenal.

Duh, gila nggak? Asli gila, menurut saya. Padahal menurut saya sih, sungguh sangat amat tidak etis perilaku tersebut. Bayangkan saja jika Anda yang mengalami. Terus dalam beberapa acara masih sering bertemu dengan sang kopier tersebut. Mau ditaruh mana kepala hamba? Hi…hi…hi…

Sebenarnya kopi paste suatu artikel tersebut jamak dilakukan oleh beberapa situs berita onlen. Tapi biasanya diberi ‘sentuhan’ atau polesan yang lebih ‘manusiawi’. Sehingga kesan ngopi pleg tidak terlihat. Minimal sense of copywriting-nya masih ada. Masak sih, wartawan bisanya cuma kopi paste? Kan sangat memalukan dantak profesional.

Sebenarnya jika meruntut kepada UU Hak Cipta, tindakan kopi paste artikel itu bisa masuk ranah kriminal lho. Coba cek penjelasan tentang UU Hak Cipta Pengganti UU 12 Tahun 2002 dari situs Hukum online. Bahwa perlindungan sebagaimana Pasal 58 tersebut hanya berlaku bagi penciptaan berupa: a) buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya; b) dst.

Namun seringkali sebagai blogger, kita banyak permisif terhadap tindakan kopi paste tersebut. Sebagai contoh saya sendiri. Mempersilahkan jika ada yang berkeinginan untuk mengutip atau bahkan menyalin seluruh artikel saya. Dengan catatan, tentu saja sebagaimana lazimnya manusia dan blogger yang beradab untuk menyebutkan sumber tulisannya. Tapi khusus untuk yang ke-dua, rasanya kebangetan banget jika melakukan hal itu. Bahasa Jogja itu ‘kenthir‘ alias edan. Nah, saya yakin para blogger tak mau dikatakan edan bukan?

Oleh karena itu, berbagai acara blogger atau kepenulisan banyak mengangkat isu tentang hak cipta. Termasuk dalam Liga Blogger Indonesia (LBI) 2015 ini pun mengangkat tema tentang kemampuan copywriting seorang blogger. Tema di pekan ke-dua tersebut berangkat dari salah satu kemampuan yang seharusnya dimilki oleh seorang blogger.

Jadi, seorang blogger itu tak hanya pintar ngopi pleg atau pleg ngopi tulisan blogger atau penulis lain. Nulis sama persis di blognya. Apalagi jika tanpa menyebutkan sumbernya. Lebih ekstrimnya saya menyebut yang demikian itu dengan ‘melacurkan’ dirinya demi kepuasan agar tetap disebut blogger. Sungguh ironis tentu saja. Kemerdekaan berkespresi berarti bukan kemerdekaan untuk njiplak pleg, sakkepenak udele (menjiplak persisi dengan seenak perutnya sendiri, Jw.).

Tetaplah menjadi blogger elegan. Tetap menulis dengan kreativitas sendiri. Meskipun tulisannya terlihat acakadul, seperti tulisan saya ini. Berangkat dari rasa miris dari hati. Sebab kedua blogger tersebut saya cukup mengenalnya. Bahkan sebelum saya ngeblog, mereka sudah malang-melintang di dunia kang-aow perbloggeran nasional.

.

#SelamatSiang #SmangatPagi

[Artikel pertama Pekan Ke-12 #LBI2015 Tema Bebas.]

36 respons untuk ‘Ngopi Pleg, Pleg Ngopi

  1. Blogger juga manusia mas dan manusia tuh hobynya berbuat salah dan khilaf. Sabar saja. Rasanya dia juga sedang memperbaiki kesalahan dan kekhilafannya. 🙂
    Salam Ngeblur

  2. Saya kenal dengan blogger yang dimaksud, gak tau dia kenal saya atau gak, hihi. Tapi emang boleh dibilang blogger ini sudah terkenal di kalangan blogger, awalnya saya kagum karena beliau sangat aktif mengikuti acara blogger, anak-anaknya juga masih ada yang kecil-kecil, jadi kagum aja karena pembagian waktunya keren. Namun, belakangan, melihat beberapa kasus yang terjadi, sedih juga. Semoga beliau dapat terus memperbaiki hal-hal yang telah membuat teman-teman blogger termasuk saya, kecewa. Maaf kepanjangan komen dan curhatnya 😀

    1. Mungkin beliaunya lagi bad mood. Sehingga pendek akal saja agar tetap bisa posting. Saya juga suka baca beberapa artikel di blognya sih.

      Semoga ke depannya menjadi pelajaran yang sungguh amat berharga untuk lebih bijak lagi dalam menulis. 🙂

Tinggalkan komentar