Tentang Saya


abi bromo

Sebagai manusia dan muslim yang baik, menjadi manusia yang rahmatan lil ‘aalamiin adalah menjadi satu cita-cita. Menjadi satu visi yang membentuk diri untuk menjadi pribadi yang tangguh. Pribadi yang tak mudah diombang-ambingkan oleh nafsu. Menjadi pribadi yang selalu mencoba untuk istikomah dalam menjalan sunnatullah. Sebagaimana Allah Ta’ala memerintahkan:

  1. Menjadi manusia berfungsi guna yang mampu untuk menyebarkan dan mendorong nilai-nilai kebaikan (menyuruh kepada yang ma’ruf).
  2. Menjadi manusia berdaya guna yang mampu mencegah tindakan negatif atau kejahatan (mencegah dari yang munkar).
  3. Menjadi manusia tepat guna yang mengabdikan ibadahnya ikhlas semata-mata karena Allah  (beriman kepada Allah Ta’ala saja).

Demikian juga dengan diri saya. Terlahir dari keluarga yang selalu memegang teguh ajaran agama. Hingga pada satu masa, mencoba mencari jati diri dan eksistensi. Mempertahankan prinsip hidup untuk selalu beramar makruf wal nahi munkar. Di tengah rezim Orde Baru yang mencoba menawarkan sejuta kenikmatan duniawi. Untuk berlepas diri dari keyakinan bahwa jalan manusia iu lebih baik dibandingkan jalan Allah Ta’ala. Hingga mempertaruhkan jiwa mempertahankan prinsip hidup saya. Selalu  memegang teguh dan mengamalkan kalimat tauhid dalam kehidupan sehari-hari.

Alhamdulillah, satu masa terlewati. Meski duka menyambut atas kehilangan dua orang tua yang begitu saya cintai. Di saat benih-benih kebahagiaan mulai menampakkan tumbuh kembangnya. Hingga kesadaran saya pun membawa pada kata-kata sahabat Umar ibn Khattab r.a.:

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah.

Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa.

Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik.

Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezeki yang lebih baik daripada sabar.

Kemudiaan saya meyakinkan diri bahwa itulah misi hidup saya. Yang kemudian saya taburkan benihnya juga ke keluarga saya. Istri dan anak-anak saya, saudara-saudara hingga para sahabat saya. Hingga kita menyadari bahwa hidup bukan hanya untuk dunia.

Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Tiada kesulitan yang tak akan terlewati. Tiada kedukaan yang tak akan berujung. Satu per-satu anak-anak kami menjadi hafiz. Di tengah situasi ekonomi yang sulit, mereka bertahan bersama kami. Untuk menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Qur’an. Merenda mimpi untuk menjadi generasi qur’ani. Menjadi pandu-pandu bagi jalan jihad fii sabilillah.

#SelamatSiang #SmangatPagi

[Artikel ke-tiga Pekan Ke-tujuh #LBI2015 Tema Wajib.]

10 respons untuk ‘Tentang Saya

  1. HIdup terus berjalan ya mas.
    Alhamdulillah, didera apapun tetap tabah dan bahkan menjadi ortu yng sangat baik karena berhasil mengantarkan anak-anak hafal al qur’an. Selamat mas

  2. Subhanallah, putra-putranya Pak NUzul sdh pada hafiz qur’an? Semoga semangat utk menjadi hafiz qur’an bisa menular pula ke anak-anak kami pak:) Aamiin

    #komentarnya masuk semua Pak

    @ririekayan

Tinggalkan komentar