Sego Boranan Khas Lamongan


Satu pincuk Sego Boranan dengan 3 macam lauk.
Satu pincuk Sego Boranan dengan 3 macam lauk.

Mungkin bagi sebagian orang, sebutan ‘Sego Boranan‘ terasa aneh. Bukan hanya masyarakat luar kota Lamongan saja yang aneh. Masyarakat asli Lamongan saja terkadang tidak tahu dengan nama makanan khas tersebut. Sebab seringkali di luaran yang sudah sangat dikenal adalah ‘Soto Lamongan’ atau ‘Penyetan Lamongan’. Nah, kali ini tak ada salahnya saya mencoba untuk bercerita sedikit tentang sajian nikmat khas Lamongan ini.

‘Sego Boranan’ atau jika diterjemahkan secara bebas adalah nasi boran adalah salah satu makanan khas Lamongan. Dinamakan ‘sego boranan’ sebab sego (nasi) yang akan disajikan ditampung dalam sebuah boran (bakul dari bambu). Tentu saja sego boranan ini disajikan dengan berbagai macam umba rampe (pelengkap). Selain berbagai macam lauk-pauk, biasanya juga pasti disertai urap-urap dan rempeyek.

Lauk gorengan.

Lauk kuah/bumbu bali.

Lauk-pauk yang disertakan ada dua jenis yaitu berupa lauk yang digoreng dan lauk yang diberi bumbu bali. Pilihan lauk goreng berupa ampela/jeroan ayam, telur kocok, tepung goreng dan telur gimbal (telur yang dilapisi putih telur) atau telur (bebek) asin. Sementara lauk yang dibumbu bali adalah ikan bandeng, ikan sili (musim kemarau), udang, telur ayam atau potongan ayam (ceker, sayap, kepala). Pilihan lauk juga sebenarnya bisa kita tambahkan, jika kita sebelumnya memesan dalam porsi tertentu.

Nasi boranan siap disajikan dengan pincuk.

Sebenarnya sajian ini sudah beberapa kali sudah saya nikmati. Sayang, seringkali sajiannya tidak selengkap yang kali ini kami nikmati. Kebetulan masakan khas dan nikmat ini disajikan oleh adik sepupu kami dalam acara silaturrahim BMTC kemarin, Ahad (03/09) di Dukunanyar Gresik. Mengingat kondisi geografis desa Dukunanyar yang berbatasan dengan Kabupaten Lamongan (Karangbinangun), maka makanan itu pun jamak ditemui di Pasar Dukun.

Balik ke bahasan menu, untuk urap-urap bahan utamanya adalah beberapa jenis sayuran (kecipir, taoge, kacang panjang, kangkung atau kenikir). Ditambah dengan bumbu dari parutan kelapa. Namun sayang, seringkali parutan kelapa dengan campuran beberapa bumbu rempah ini disajikan dalam kondisi mentah. Sehingga apabila dibungkus lebih dari dua atau tiga jam, urap-urap ini menjadi basi. Padahal jika mau mengukusnya terlebih dahulu, mungkin bisa bertahan 6-8 jam dalam kondisi dibungkus. Sementara untuk rempeyek, biasanya ditambahkan dengan ebi, teri atau kacang.

Oh ya, untuk penyajian, bisa diberikan dengan dua alternatif. Menggunakan tatakan berupa piring atau piring rotan/bambu jika disajikan untuk acara resmi. Bisa juga dengan menggunakan pincuk (daun atau kombinasi kertas minyak dan daun) seperti kemarin yang saya nikmati. Pada umumnya, harga yang ditawarkan cukup terjangkau oleh kantong semua kalangan. Jika kita memesan pada jasa katering, harga berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 17.000,-. Standar lauknya adalah tiga macam tiap porsinya.

Monggo mas, 10 ribu perak saja ya...

Huuufftt… jadi kepingin kan? Nah, yang ingin mencicipi masakan ini, tak ada salahnya jika lewat kota Lamongan bisa mampir dulu. Beberapa rumah makan atau restoran di beberapa jalan utama menyediakan menu ini. Kalau masih bingung, bisa tanya pak polisi lho. Mereka pasti dengan senang hati akan menunjukkan, bahkan bisa memberikan rekomendasi. Kebetulan ini juga pengalaman dari beberapa teman yang mencoba untuk mencari tahu makanan khas Lamonga ini.

Selamat menikmati….

11 respons untuk ‘Sego Boranan Khas Lamongan

  1. Udah baca dari bawah sampai atas, kirain disuruh mampir makan2 dirumanya mas Nuz, ternyata disuruh mampir ke rumah makan warung terdekat…ngiler lho aku.
    Semacam sego kucing ya mas .

  2. saya suka sego boran, tapi pedasnya itu lho.. nggak nguati 😀
    saya Gresik, mas. jadi sering sekali makan sego boran. di tempat kerja saya, juga sering pesan sego boran langsung dari Lamongan kalau ada kegiatan-kegiatan diluar kegiatan belajar mengajar.

Tinggalkan komentar