Hanya Pameran Buku yang Menarik


Alhamdulillah, tak terasa hampir 16 tahun kami arungi bahtera rumah tangga. Berbagai macam hantaman ombak kehidupan telah menerpa kami. Dengan pertolongan Alloh Ta’ala masa-masa sulit itu dapat kami lalui bersama. Dua orag putri dan seorang putra menjadi hadiah terbaik untuk kami saat ini. Tiga anak yang dikaruniakan Alloh itu pula yang memotivasi kami untuk selalu tabah, sabar dan kuat iman.

Rasa syukur itu pulalah yang mendorong kami untuk selalu mentadhaburi nikmat-nikmatnya. Lewat seruang proses panjang untuk memahami ayat-ayatNya yang berifat kauniyyah maupun kauliyyah. Ayat-ayat kauniyyah dapat kami baca dengan kecerdasan hati kami. Sedangkan ayat-ayat kauliiyah harus kami baca dengan kecerdasan otak sekaligus kecerdasan hati kami. Oleh karenanya sejak masa awal pernikahan, kami betekad bulat bahwa anak-anak akan kami bimbing dengan nafas qur’ani. Meski terbayang hal itu akan menjadi pekerjaan yang tak mudah bagi kami.

Al-Qur’an dan Kitab Agama Jadi Sahabat Kami

Ketika niat sudah diikrarkan, tekad dikuatkan maka jalan apapun di depan kami lewati. Satu persatu anak kami lahir. Maka sejak kehamilan anak pertama kami, Al-Qur’an menjadi bacaan dan hafalan wajib di rumah kami. Pun saat anak kami lahir, hari demi hari kami isi dengan tartil dan bacaan-bacaan dari kitab-kitab lama koleksi kami. Kebetulan kami bukanlah bukanlah keluarga yang berada. Kami menjadi guru bukan untuk mencari penghasilan. Sebab kami cukupkan rezeki dari hasil dagangan kecil-kecilan kami.

Mengingat mulai besarnya pengaruh media komunikasi di akhir tahun 90-an, kami putuskan untuk tak lagi menonton televisi. Sehingga mulai dari lahir, anak-anak kami hanya mengenal lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang selalu kami perdengarkan tiap saat. Demikian juga dengan buku literatur, kitab salaf maupun buku-buku kontemporer tentang sejarah perjuangan Islam sudah kami perkenalkan. Di tiap sudut rumah, hampir tergolek tumpukan buku. Hal ini semata untuk membuat nyaman mata kami dan anak-anak. Apalagi dalam tiap kesempatan, kami bacakan kitab atau buku-buku tersebut. Sehingga dalam kesempatan lain, mereka sendiri lah yang membolak-balikkan lembar demi lembar kertas itu.

Anakku, para pecinta Al-Qur'an dan buku.
Anak kami, para pecinta Al-Qur’an dan buku.

Ini berlangsung hingga mereka mulai mampu melafadzkan Al-Qur’an. Perlahan namun pasti kami bimbing mereka untuk menjadi generasi penghafal. Ditambah dengan mengenalkan huruf-huruf hijjaiyah lewat ensiklopedi Al-Qur’an dari salah satu penerbit ternama. Alhamdulillah, Al-Qur’an dan buku akhirnya menjadi sahabat karib mereka.

Hanya Pameran Buku yang Membuat Kami Tertarik

Memang begitu terasa aneh, di zaman seperti ini, sebuah keluarga hanya tertarik dengan pameran buku. Kami bersyukur bahwa ada kemauan yang kompak diantara kami. Selain belanja kebutuhan rutin rumah tangga dan pondok pesantren, kebutuhan untuk membeli kitab atau buku menjadi kebutuhan utama kami. Maka tak heran, jika digelar sebuah pameran/expo perdagangan umum kami tak akan tertarik. Namun jika yang digelar adalah komoditas buku dan sejenisnya, kami usahakan untuk datang. Meski terkadang harus berangkat ke luar kota.

Kebetulan, anak-anak kami berada di pondok pesantren di tiga kota yang berbeda. Jogjakarta, Lamongan dan Gresik, dari merekalah terkadang buku-buku pesanan mengalir. Kami berusaha memenuhinya saat mereka sudah balik ke rumah kami di Mojokerto. Tak pelak, kawasan Kampung Ilmu di Surabaya atau stand buku di Komplek Taman Pintar Jogjakarta menjadi jujugan kami. Selain itu, pameran buku yang biasanya menjadi agenda rutin tahunan dari IKAPI juga menjadi target kami.

Berburu diskon, tentu menjadi salah satu pilihan. Selain itu juga, buku-buku best seller atau buku baru pasti akan banyak dikeluarkan dalam event tersebut. Belum lagi katalog versi cetak yang mudah kami ‘cerna’ akan kami dapatkan juga. Sehingga kami lebih leluasa untuk memilih buku apa yang dapat kami beli sekarang. Buku apa yang akan kami beli di bulan-bulan yang akan datang. Sebab kami harus merencanakan sesuai kondisi ‘kantong’ kami.

Sekali lagi, kami bukanlah keluarga berada, yang dengan tiba-tiba dapat membeli buku dengan jumlah nominal yang luar biasa. Apa yang kami butuhkan untuk menunjang profesi mengajar kami itu menjadi pilihan saya dan istri saya. Sementara buku-buku epik pahlawan Islam maupun kisah sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in itu menjadi kegemaran anak-anak kami.

[Artikel untuk Lomba Blog #PameranBukuBdg2014.]

6 respons untuk ‘Hanya Pameran Buku yang Menarik

  1. salam kenal pak, dari pemuda Batu. Wah senangnya punya keluarga yang semuanya diajarkan untuk mengenal Sang Pencipta sejak dini. Pilihan yg tepat dan bijak agar anak terbentengi dengan arus zaman sekarang. Semoga esok, saya bisa menjadi pemimpin yang menjadikan keluarga seperti surga 🙂

Tinggalkan Balasan ke Sandi Iswahyudi Batalkan balasan